LIBURAN AKHIR TAHUN KELUARGAKU BERSAMA @BNI46
5:06:00 AM
LIBURAN AKHIR TAHUN KELUARGAKU BERSAMA @BNI46
“Adit, buka
pintunya Sayang. Mama mau cuci gorden kamar kamu,” “Iya Ma, masuk aja, pintunya
gak dikunci kok,” balasku sambil mengelus-elus manis foto liburan akhir tahunku
bersama dengan keluarga di kediaman kakek dan nenekku, yakni di Kota Medan,
Sumatera Utara.
#@#@#@#@#
“Ma,
Pa, buruaaaaan, Adit udah gak sabar nih ketemu dengan kakek dan nenek,”
teriakku dari dalam mobil. “Iya Sayang, sabar, ini masih jam enam pagi loh,
lagian pesawat kita-kan berangkatnya jam 10.45 pagi Sayang,” ujar mama sembari berjalan
menuju jok mobil bagian depan sebelah kiri papa. “Sri, saya titip rumah ke kamu
ya, jaga baik-baik, jangan ditinggalin, soalnya Jakarta sedang marak-maraknya
dengan aksi pembongkaran rumah saat yang punya rumah sedang mudik,” “Baik Bu, Sri gak bakal ninggalin rumah ini
kok,” “Oke deh, semuanya udah bereskan? Coba dicek dulu, siapa tahu masih ada
ketinggalan,” tanya papa memastikan. “Gak ada Pa, semuanya udah lengkap kok,”
jawab mama sambil meluruskan wajahnya saat sedari tadi mencek ulang
barang-barang yang akan dibawa ke Kota Medan. Suara mesin mobil-pun dinyalakan
seraya dengan dihidupkannya klekson mobil yang berarti memberi sebuah salam
kepergian kepada sang pemilik rumah sementara, Bu Sri, asisten rumah tangga
kami. “Be-be-ntar Pa! Android Adit ketinggalan,” sekejab itu juga tanganku
membuka pintu mobil dan berlari menuju kamarku sebelum tingkahku ini mendapat
komentar kurang baik dari pria paruh baya itu. Sekembalinya aku ke dalam mobil
dengan android sudah berada di genggaman, ayah kembali menghidupkan klekson
mobil sembari memberi salam kepada Bu Sri.
Perjalanan dari rumahku menuju Bandara Soekarno-Hatta
kira-kira memakan waktu sekitar dua jam, itu berlaku hanya jika Jakarta sedang
tertidur, sedangkan jika Jakarta sudah bangun, maka syarat itu sudah tidak
berlaku lagi. Itulah alasan kami berangkat jam enam pagi. “Ma, masih lama ya
nyampenya? Kepala Adit pusing nih, kayaknya Adit masuk angin nih Ma,” ucapku
ditengah percakapan mama dan papa yang dari tadi mengganggu tidurku. “Kamu udah
bangun Sayang?” ujar mama. “Tuh atap bandaranya udah nampak Dit,” sambung papa.
“Mana Pa? Yang ada Security itu ya Pa?
Yang gedungnya warna merah tua itu kan Pa? Yang banyak mobil belok ke arah
kanan itukan Pa?” “Hehehe iya Dit,” respon papa saat mendengarku seantusias itu
sehingga membuatku melupakan rasa sakit di kepalaku. “Eh Pa, lihat deh, barusan
aku buka email dan ternyata semalam pihak maskapai penerbangan yang kita pesan seminggu lalu telah membatalkan penerbangan untuk semua penumpang di maskapai yang sama di hari ini,”
tutur mama kepanikan. Papa yang mendengar ucapan itu segera meraih Hp dari
genggaman mama sembari memarkirkan mobil di tempat parkiran. “Aduh gimana ini,
padahal ini udah jam sembilan pagi,” (waktu
itu jalanan di Jakarta cukup ramai) ucap papa kebingungan. Aku-pun, pada
waktu yang segenting itu segera mengambil si Ando (sebutanku buat androidku) dan segera meminta bantuan Mbah Google
untuk mencari tiket pesawat.
Hatiku lumayan tenang saat mendapati beberapa maskapai
ternyata memiliki jam terbang di hari itu juga. Namun sialnya, seluruh maskapai
yang saya dapati lewat google menawarkan harga tiket pesawat yang sangat-sangat
mahal, yakni dengan harga penerbangan termurah sebesar Rp 4.500.000,- per
penumpang. Tentu saja mama dan papa menolak untuk mengeluarkan kocek sebesar itu
hanya untuk sekali terbang saja.
Waktu sudah menunjukan pukul 09:35 pagi dan kami sama
sekali masih mencari tiket. Mama sibuk dengan Hp kecilnya, menelepon semua teman
maupun rekan sekerjanya. Sedangkan papa terlihat mondar-mandir kesana kemari
dengan sesekali meletakkan telapak tangannya di keningnya sendiri, sepertinya masalah
ini cukup membuat papa merasa stres. Merasa sudah putus asa, akupun mencoba
menghubungi teman sebangku-ku, Dian. Karena setahuku Ibunya memiliki usaha
travel di daerah Jl. Hasanudin. Sebenarnya aku menghubungi Dian karena sudah
pasrah dengan keadaan, jujur saja, Dian itu tipikal anak yang sedikit lemot,
selalu mendapat nilai di bawah enam untuk mata pelajaran matematika dan anehnya
lagi dia orangnya moody, kadang
terlalu baik dan bahkan bisa sampai lebih galak dari guru fisika-ku. Pokoknya
kalau cerita tentang anak ini, malas deh. Aku sendiri gak tahu kenapa mau satu bangku
dengannya, mungkin karena aku tipe anak yang tidak terlalu suka dengan teman
sebangku yang ribut dan over active.
“Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkaun,
cobalah beberapa saat lagi, tit tit tit,” seru mba-mba lewat lubang speaker si Ando yang membuatku semakin kesal.
Tiga puluh menit sudah berlalu dan seharusnya kami sudah
berada di ruang tunggu penerbangan. Ku coba mengingat-ingat kembali orang tua
siapa diantara teman-temanku yang memiliki usaha travel. Laura, ya Laura,
ayahnya adalah pembisnis travel di Jl. Sudirman, tanpa basa-basi, ku buka
kontak Hp ku dan segera mencari nomor Laura. Sialnya lagi, tidak ada kontak
Laura di layar Hp ku. Ku coba mengingat-ingat kembali melalui aplikasi apa aku
dan Laura terakhir kali berkomunikasi lewat si Ando ku. “Oh iya Twitter!” Seruku
mengagetkan mama dan papa. “Kenapa Sayang? Ada apa?” tanya mama kepadaku. “Gak
ada apa-apa Ma,” jawabku dengan cepat. Secepat kilat ku-buka twitterku dan segera
mencari nama Laura di mesin pencarian twitter. Namun, sebelum ujung jempolku
mengetikan nama Laura di mesin pencarian, terbaca-ku sebuah iklan promosi dari Bank Negara Indonesia (BNI) yang isinya
mengenai promosi-promosi tiket pesawat dan hotel penginapan di Indonesia. Rasa
penasaranku akan iklan ini membuatku sekejap melupakanku akan sosok pentingnya Laura.
Jika saja iklan itu tidak berasal dari BNI,
mungkin aku tidak akan seantusias ini. Satu klik-an pada alamat link website yang
dibagikan lewat iklan promosi tersebut mengarahkanku ke sebuah website yang
berisi panduan cara penggunaan jasa gratis yang disediakan oleh BNI ini.
Berikut akan ku ceritakan pengalaman menarikku saat menggunakan jasa gratis ini. Caranya cukup mudah, langkah pertama yang aku lakukan pada waktu itu adalah mengikuti (follow) akun twitter BNI, yakni @BNI46 di twitter. Setelah langkah pertama selesai, maka langkah kedua yang aku lakukan adalah mengirim DM (DM artinya Direct Message. Kegunaanya untuk mengirim pesan pribadi kepada orang-orang yang mengikuti kita di twitter) ke akun twitter @BNI46 dengan pesan yang berisi #AskBNI. Gak pake lama, admin twitter @BNI46 membalas DM-ku dan mengarahkanku untuk langkah selanjutnya. Sesuai dengan petunjuk yang disampaikan oleh @BNI46 lewat DM, aku-pun mengirim kembali DM kepada @BNI46 dengan format DM; #Promo #Travel ke twitter @BNI46. Tidak sempat menunggu lama, twitter @BNI46-pun membalas DM-ku, ia mengirimkan berbagai jenis maskpai yang akan terbang hari ini dengan harga yang memang super-duper promo. Menerima DM itu, akupun segera berlari ke arah mama dan papa untuk memberitahukan kejutan yang luar biasa ini. Spontan saja papa lupa akan diriku yang sudah berusia lima belas tahun ini. Usai membaca pesan dari @BNI46 itu, ia mengangkatku dan menggendongku serta berkata, “Kamu memang anak Papa yang saaaaangat pandai,” aku hanya bisa tersenyum mendengarkan hal itu, sebab jujur saja, aku bukan tipe anak yang suka dipuji. Mama-pun berinisiatif mengambil ahli dalam penanganan pemesanan tiket. Sebab, jika aku yang melakukannya, aku akan sibuk mengisi-bertanya-mengisi-bertanya biodata mama, papa dan diriku sendiri kepada mama untuk mengisi formulir pembelian tiket pesawat itu, kan repot?
Kulihat mama sudah selesai dengan alamat website tempat
pembelian tiket pesawat kami dan kini sudah beranjak ke aplikasi andalannya,
yakni aplikasi BNI Mobile Banking.
“Pa, pesawat kita akan berangkat jam 11.30. Semua sudah beres, barusan Mama
dapat email bahwa semua transaksi sudah berhasil. Total harga tiket berjumlah
Rp 2.867.000 untuk kita bertiga, total harga itu sudah mencangkup pajak dan
bagasi 20 kg untuk masing-masing penumpang,” seru mama kepada papa tanpa
kehilangan setitikpun tingkat kefokusan bola matanya terhadap si Ando.
“Syukurlah, kalau begitu, yuk kita check
in, ini sudah jam sebelas kurang Ma,” Ajak papa. “Pa mobil kita gak papa di
sini aja sampai satu minggu kedepan? Kalau kenapa-kenapa gimana Pa?” Tanyaku khawatir.
“Tadi Papa udah telepon Pak Sukirno untuk menjemput mobil ini kok Dit,” jawab
papa menghilangkan rasa kekhawatiranku. (Pak
Sukirno adalah supir pribadi kami yang selalu siap dan sigap untuk
menghantarkan papa ke kantor serta mengantarkanku ke sekolah)
Waktu sudah menunjukan pukul 11.10, dan kami harus segara
memasuki pintu ruang tunggu bernomor empat. Setelah melewati proses pemeriksaan
oleh petugas, kami segera bergegas memasuki badan pesawat. “Nomor 46 mana? Nomor
46 mana?” Celotehku kepada semua orang, berharap ada seseorang yang dapat
membantuku menemukan kursiku sebelum papa menemukannya. “Mari sini Dik, coba Mba
lihat tiket Kamu,” respon seorang pramugari kepadaku, lalu kuberi saja tiket
itu kepadanya. “Ini kursinya Dik, Adik dengan siapa kemari?” “Tuh, mama dan papaku,
Mba,” tunjukku kepada sepasang belahan hatiku yang sedang berjalan ke arahku.
“Oh, baikah, sini Mba bantu naikin ransel Kamu ke dalam kabin, biar Adik bisa
lebih nyaman terbangnya,” “Nih mba,” responku membalas kebaikannya, tak lupa
juga ku-ucapakan rasa terima kasih-ku atas bantuannya kepadaku. Mama dan papa-pun
tiba dihadapanku dibarengi sebuah komentar yang sudah kuduga sebelumnya. “Kamu
ini ya Dit, bikin mama khawatir saja.” komentar wanita lembut itu sembari
menggelitiki perutku.
Game offline dengan posisi si Ando
yang sedang distel mode pesawat (flight
mode) ternyata tidak berhasil membuatku untuk tetap terjaga di tengah
keberisikan mesin pesawat. Ku pejamkan kedua mataku hinggaku tertidur tenang di
atas lambaian-lambaian awan yang bergemersisik di atas ribuan kaki dari
permukaan laut.
#@#@#@#@#
Suara berisik dari speaker
pesawat membangunkan tidur nyenyakku. Suara itu meneriakiku sebuah kabar
baik, yakni kabar telah mendaratnya pesawat kami di Bandara Kualanamu
Internasional. Wow, bandara ini sangat berbeda dengan bandara-bandara yang ada
di Indonesia. Jika Bandara Soekarno-Hatta terkenal dengan nilai estetikanya, dengan
corak-corak batik Indonesia, maka berbeda dengan bandara yang satu ini. Bandara
Kualanamu lebih memukau dengan hiasan-hiasan yang sangat mewah. Atapnya mirip
atap bangunan yang terekenal di Sidney, Australia. Temboknya dihiasi dengan
kaca-kaca mewah. Pokoknya, bandara ini menjadi bandara yang paling aku suka deh
di Indonesia. Gak sempat berdiam lama, papa segera mengajak kami keluar dari
bandara untuk memesan taksi. Maklum
saja, di Kota Medan kami hanya memiliki kakek dan nenek saja, sehingga
tidak ada istilah mobil jemputan spesial untuk kami. Perjalanan yang kami
tempuh dari Bandara Kualanamu ke Kota Medan cukup menguras tenaga. Akhirnya aku
memilih untuk memejamkan mata selama diperjalanan meskipun sesekali mataku melirik
kaca jendela untuk merekam hal-hal yang menurutku penting serta memukau untuk
dijadikan bahan cerita kepada teman-teman sekelas saat aku masuk sekolah nanti.
#@#@#@#@#
Mobil-pun berhenti di sebuah rumah
yang cukup mewah untuk sepasang kekasih yang sudah berusia di atas enam puluh
tahun. Sebuah senyuman manis yang tidak ditemani oleh deretan gigi itupun menyambut
kedatangan kami. “Kakekkkkkkk…..Nenekkkkkkkk,” seruku melepas kerinduan. Maklum
saja, aku adalah cucu tunggal dari keturunan mereka dan sangat jarang dapat
mengunungi mereka. Ku peluk erat tubuh yang sudah tidak gemuk itu dan ku bisik-kan,
“Kek, buatin Adit layang-layangan,” Ayah yang mendengar bisikan-ku itupun menyahut,
“Kota Medan udah rame Dit, udah gak bisa main layang-layangan lagi,” ujar papa
ngeledek. “Masih bisa kok, kan Kakek punya lahan sawah,” balas kakek memberiku
limpahan kesenangan. “Kamu ya Farhat, udah jadi orang tua aja-pun masih aja
suka usil,” balas nenek membelaku. Sedangkan mama sudah sedari tadi tertawa
gelik melihat tingkah kami yang rindu-rinduan ini. “Tin tin tin, Bang… taxinya
belum dibayar,” Seru seorang supir taxi itu kepada papa. “Oh iya Bang, maaf,
ini ongkosnya, sisanya simpan aja ya Bang. Terima kasih atas pelayanannya,”
respon papa dengan ramah. “Sama-sama Bang,” Mobil itupun melaju meninggalkan
kami.
#@#@#@#@#
#@#@#@#@#
Hari demi hari kami lalui dengan
penuh kebahagiaan. Tak jarang nenek memelukku dengan erat. Seakan-akan membujuk
sang pemilik waktu untuk tidak memisahkan kami dari kehangatan ini atau
setidaknya memberikan kami waktu yang lebih panjang lagi untuk menyelesaikan
gejolak rindu diantara kami. Sebab, reunian hati ini hanya terjadi jika salah
satu diantara papa dan mama benar-benar tidak memiliki pekerjaan yang sangat
serius dan hal ini hampir tidak mungkin terjadi. “Pa, Ma, kita tinggal di
Jakarta aja ya. Masa Papa dan Mama tidak mau tinggal bersama anak dan cucu
tunggalmu ini,” bujuk papa kepada sepasang kekasih lanjut usia itu. “Enggak
bisa Farhat, kami tidak bisa
meninggalkan rumah ini. Rumah ini memiliki padanan sejarah dengan kami. Makanya,
kalau nanti kami sudah tiada lagi, jangan pernah terbesit dipikiranmu untuk
menjual rumah ini ya Farhat,” ujar kakek kepada papa. “Kalau Farhat berani
menjual rumah ini, gak usah masakin makanan untuk dia ya Rena,” tambah nenek
menasihati papa. Aku dan mama hanya bisa tertawa lepas mendengar omelan kakek
dan nenek itu kepada putra satu-satunya itu. Kami-pun masuk ke dalam rumah
untuk beristirahat untuk menunggu menyingsingnya rembulan dari tempatnya.
#@#@#@#@#
Dari mainan bambu sampai layang-layang. Dari soto medan
buatan nenek sampai ke mie balap buatan kake. Dari bika ambon sampai ke bolu meranti.
Dari sirup kurnia sampai ke es campur. Dari Kebun Binatang Medan sampai ke Mesjid
Raya Medan. Dari naik becak motor sampai naik kuda di Berastagi. Semuanya kami
telusuri, semuanya kami explore. Tidak
lupa ku amankan momen menyenangkan itu dengan kamera DSLR 60D milik papaku.
Setidaknya foto-foto kenangan kami ini akan membuat teman sebangku-ku, Dian
yang lemot itu bisa percaya bahwa aku memang telah menghabiskan liburan
akhir tahunku di kota yang sangaaaat
indah, yakni Kota Medan.
Jam digital mobil telah menunjukan pukul 11.45 malam. Kakek
dan nenek terlihat sudah sangat terlelap dengan mimpi-mimpi mereka. Sedangkan
papa yang dipercayakan mengemudikan mobil, kini terlihat kebingungan
mengarahkan setir mobil. Sepertinya kegelapan malam membuat papa semakin sulit untuk
memastikan jalan mana yang akan membawa kami pulang ke rumah kakek dan nenek
dengan selamat. Mama yang menyadari keanehan inipun merespon dengan cepat. “Pa,
hati-hati loh, Medan ini luas, kalau jalanannya ditebak-tebak buah manggis,
bisa-bisa kita tersesat loh Pa,” ucap mama dengan nada panik. “Kayaknya Mama
benar deh Ma, kita udah tersesat. Karena dari tadi Papa lihat spanduk toko tertulis
bahwa alamat ini berada di Medan Polonia, padahal alamat rumah mama dan
papa-kan berada di Medan Selayang,” ujar papa membalas. “Gini aja deh Pa, inikan
malam terakhir kita di Medan, Mama rasa mama dan papa mertua juga sudah sangat lelah
untuk dibanguni hanya untuk dimintai petunjuk arah jalan. Bagaimanna jika malam
ini kita tidur di hotel sekitar sini aja Pa?” “Itu ide bagus Ma, badan Papa
udah terasa sakit semua nih, karena dari tadi fokus ke arah jalanan terus,”
balas papa dengan nada lelah. “Adit sayang, coba Kamu DM lagi @BNI46 Sayang, siapa tahu ada promo hotel
di sekitar jalanan ini, soalnya mama dan papa tidak tahu lokasi-lokasi hotel di
sini,” pintah mama kepadaku. “Baik Ma, #AskBNI
siap membantu,” jawabku dengan semangat. Gak pake lama, kukeluarkan game favoritku itu dari layar si Ando
dan segera membuka aplikasi twitter. Langkah pencarian informasi promo hotel
ini hampir sama dengan langkah pencarian informasi promo tiket pesawat, yang
membedakannya hanya dari segi format DM-nya saja. Untuk mengetahui tiket
pesawat yang sedang promo lewat @BNI46,
aku harus mengirimkan DM dengan format, #Promo #Travel ke twitter @BNI46. Sedangkan untuk mendapatkan
informasi mengeai hotel yang sedang promo kita harus mengirim DM dengan format,
#Promo #Hotel ke twitter @BNI46.
Setelah semua proses DM-DM-an dengan @BNI46 selesai, mama segera mengambil
kendali dalam pemilihan kamar dan segera
melakukan pembayaran kamar hotel tersebut melalui BNI ATM Banking.
#@#@#@#@#
Perpisahan kamipun ditutup dengan dua kecupan manis dikeningku, kecupan pertama datang dari kakek dan kecupan kedua dari nenek. Aku tidak banyak bereaksi pada momen perpisahan yang sangat menyedihkan itu. Hal itu kulakukan smeata-mata hanya untuk menghindariku dari luka-luka yang mungkin akan semakin membesar jika teralu kuresapi. Ku lambaikan kedua tanganku kepada dua sosok yang paling ku kagumi itu dari dalam taxi biru itu. Merasa belum puas dengan lambaian tangan, kuambil air mineral dan menumpahkannya ke atas permukaan jariku. Akupun menuliskan sebuah kalimat terbalik dari kanan ke kiri tepat di cermin taxi yang mengarah ke kakek dan nenek, ‘amdnarG ym dna apdnarG ym ouy evol I,’ sehingga jika indera penglihatan kakek dan nenek belum terlalu rabun, mereka akan membaca kalimat itu dengan tulisan, ‘I love you my Grandpa and my Grandma’. Taxipun melaju normal memastikan bahwa liburan akhir tahun sudah selesai.
THE END*
Ucapan terima kasih:
Adit ingin mengucapkan terima kasih banyak buat @BNI46, atas bantuannya di program #AskBNI sehingga Adit dan keluarga tidak sampai tersesat di jalan
atau tidak sampai bobok di pinggiran jalan. “Karena mau bertanya enggak sesat
di jalan”. Hehehehe
Adit juga ingin
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya buat penulis tercinta, Yacob
Nainggolan, yang bersedia mengimajinasikan karakter Adit yang baik ini.
Wkwkwkwk
Dan terakhir, Adit juga
berterima-kasih kepada seluruh teman-teman yang mau membaca dari awal hingga akhir
pengalaman Adit bersama #AskBNI ini.
Saran:
Buat teman-teman yang
akan berpergian; kemanapun dan dimanapun. Jangan lupa untuk memanfaatkan
program #AskBNI ini. Adit jamin, teman-teman
tidak bakalan tersesat di jalananan! Jangan lupa share pengalaman Adit ini ke Facebook,
Twitter, Instagram atau kemana aja deh, agar semakin banyak orang yang
tidak tersesat di jalan. Wkwkwkwkwkwk.
Di akhir kata, Adit
beserta Mama, Papa, Kakek, Nenek, Mba Sri, Pak Sukirno, Dian, Laura dan juga si
Ando mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat Kita Semua!!!!!!
Bagi teman-teman yang ingin mengikuti lomba ini, boleh tanya-tanya di kolom komentar juga ya :-)Jika di Smarthpone Anda tidak tersedia kolom komentar, silakan ganti tampilan Smarthpone Anda menjadi tampilan dekstop. Caranya cukup mudah, klik "ubah ke tampilan dekstop" pada tulisan di bawah ini ⬇️ Kemudian pilih "add comment" tepat di atas cerita ini. Terima kasih v:
6 komentar
Wow. Ceritanya keren, niat bgt kayaknya ya Gan? Wkwkwkwk. Bdw lomba ini boleh pake wordpress kah Gan?
ReplyDeleteThanks Gan. Lombanya boleh pake wordpress kok Gan. Ditunggu karyanya Gan :-)
DeleteTrusss deadlinenya sampe tgl brapa Gan?
ReplyDeleteDeadline-nya sampai tanggal 5 Februari 2016 Gan. Untuk lebih detailnya lagi, kunjungi web resminya ini Gan, http://m.bnizona.com/index.php/events/view/241
DeleteOke deh Gan. Thanks for the information, good luck ya.....
ReplyDeleteSepp sepp Agan. Terima kasih telah meninggalkan jejaknya. Jangan lupa pake #askBNI nya ya hehehehe
ReplyDeleteBerkomentarlah dengan sopan. Kami sengaja mengijinkan Anda yang tidak memiliki akun google untuk berkomentar. Tapi jika Anda memiliki akun google, sebaiknya menggunakannya, agar Anda dapat mengetahui respon balik dari kami. Hormat kami akkangyacob.blogspot.com