LIBURAN AKHIR TAHUN KELUARGAKU BERSAMA @BNI46

5:06:00 AM


LIBURAN AKHIR TAHUN KELUARGAKU BERSAMA @BNI46

“Adit, buka pintunya Sayang. Mama mau cuci gorden kamar kamu,” “Iya Ma, masuk aja, pintunya gak dikunci kok,” balasku sambil mengelus-elus manis foto liburan akhir tahunku bersama dengan keluarga di kediaman kakek dan nenekku, yakni di Kota Medan, Sumatera Utara.

#@#@#@#@#

“Ma, Pa, buruaaaaan, Adit udah gak sabar nih ketemu dengan kakek dan nenek,” teriakku dari dalam mobil. “Iya Sayang, sabar, ini masih jam enam pagi loh, lagian pesawat kita-kan berangkatnya jam 10.45 pagi Sayang,” ujar mama sembari berjalan menuju jok mobil bagian depan sebelah kiri papa. “Sri, saya titip rumah ke kamu ya, jaga baik-baik, jangan ditinggalin, soalnya Jakarta sedang marak-maraknya dengan aksi pembongkaran rumah saat yang punya rumah sedang mudik,”  “Baik Bu, Sri gak bakal ninggalin rumah ini kok,” “Oke deh, semuanya udah bereskan? Coba dicek dulu, siapa tahu masih ada ketinggalan,” tanya papa memastikan. “Gak ada Pa, semuanya udah lengkap kok,” jawab mama sambil meluruskan wajahnya saat sedari tadi mencek ulang barang-barang yang akan dibawa ke Kota Medan. Suara mesin mobil-pun dinyalakan seraya dengan dihidupkannya klekson mobil yang berarti memberi sebuah salam kepergian kepada sang pemilik rumah sementara, Bu Sri, asisten rumah tangga kami. “Be-be-ntar Pa! Android Adit ketinggalan,” sekejab itu juga tanganku membuka pintu mobil dan berlari menuju kamarku sebelum tingkahku ini mendapat komentar kurang baik dari pria paruh baya itu. Sekembalinya aku ke dalam mobil dengan android sudah berada di genggaman, ayah kembali menghidupkan klekson mobil sembari memberi salam kepada Bu Sri.

            Perjalanan dari rumahku menuju Bandara Soekarno-Hatta kira-kira memakan waktu sekitar dua jam, itu berlaku hanya jika Jakarta sedang tertidur, sedangkan jika Jakarta sudah bangun, maka syarat itu sudah tidak berlaku lagi. Itulah alasan kami berangkat jam enam pagi. “Ma, masih lama ya nyampenya? Kepala Adit pusing nih, kayaknya Adit masuk angin nih Ma,” ucapku ditengah percakapan mama dan papa yang dari tadi mengganggu tidurku. “Kamu udah bangun Sayang?” ujar mama. “Tuh atap bandaranya udah nampak Dit,” sambung papa. “Mana Pa? Yang ada Security itu ya Pa? Yang gedungnya warna merah tua itu kan Pa? Yang banyak mobil belok ke arah kanan itukan Pa?” “Hehehe iya Dit,” respon papa saat mendengarku seantusias itu sehingga membuatku melupakan rasa sakit di kepalaku. “Eh Pa, lihat deh, barusan aku buka email dan ternyata semalam pihak maskapai penerbangan yang kita pesan seminggu lalu telah membatalkan penerbangan untuk semua penumpang di maskapai yang sama di hari ini,” tutur mama kepanikan. Papa yang mendengar ucapan itu segera meraih Hp dari genggaman mama sembari memarkirkan mobil di tempat parkiran. “Aduh gimana ini, padahal ini udah jam sembilan pagi,” (waktu itu jalanan di Jakarta cukup ramai) ucap papa kebingungan. Aku-pun, pada waktu yang segenting itu segera mengambil si Ando (sebutanku buat androidku) dan segera meminta bantuan Mbah Google untuk mencari tiket pesawat.

            Hatiku lumayan tenang saat mendapati beberapa maskapai ternyata memiliki jam terbang di hari itu juga. Namun sialnya, seluruh maskapai yang saya dapati lewat google menawarkan harga tiket pesawat yang sangat-sangat mahal, yakni dengan harga penerbangan termurah sebesar Rp 4.500.000,- per penumpang. Tentu saja mama dan papa menolak untuk mengeluarkan kocek sebesar itu hanya untuk sekali terbang saja.

            Waktu sudah menunjukan pukul 09:35 pagi dan kami sama sekali masih mencari tiket. Mama sibuk dengan Hp kecilnya, menelepon semua teman maupun rekan sekerjanya. Sedangkan papa terlihat mondar-mandir kesana kemari dengan sesekali meletakkan telapak tangannya di keningnya sendiri, sepertinya masalah ini cukup membuat papa merasa stres. Merasa sudah putus asa, akupun mencoba menghubungi teman sebangku-ku, Dian. Karena setahuku Ibunya memiliki usaha travel di daerah Jl. Hasanudin. Sebenarnya aku menghubungi Dian karena sudah pasrah dengan keadaan, jujur saja, Dian itu tipikal anak yang sedikit lemot, selalu mendapat nilai di bawah enam untuk mata pelajaran matematika dan anehnya lagi dia orangnya moody, kadang terlalu baik dan bahkan bisa sampai lebih galak dari guru fisika-ku. Pokoknya kalau cerita tentang anak ini, malas deh. Aku sendiri gak tahu kenapa mau satu bangku dengannya, mungkin karena aku tipe anak yang tidak terlalu suka dengan teman sebangku yang ribut dan over active. “Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkaun, cobalah beberapa saat lagi, tit tit tit,” seru mba-mba lewat lubang speaker si Ando yang membuatku semakin kesal.

            Tiga puluh menit sudah berlalu dan seharusnya kami sudah berada di ruang tunggu penerbangan. Ku coba mengingat-ingat kembali orang tua siapa diantara teman-temanku yang memiliki usaha travel. Laura, ya Laura, ayahnya adalah pembisnis travel di Jl. Sudirman, tanpa basa-basi, ku buka kontak Hp ku dan segera mencari nomor Laura. Sialnya lagi, tidak ada kontak Laura di layar Hp ku. Ku coba mengingat-ingat kembali melalui aplikasi apa aku dan Laura terakhir kali berkomunikasi lewat si Ando ku. “Oh iya Twitter!” Seruku mengagetkan mama dan papa. “Kenapa Sayang? Ada apa?” tanya mama kepadaku. “Gak ada apa-apa Ma,” jawabku dengan cepat. Secepat kilat ku-buka twitterku dan segera mencari nama Laura di mesin pencarian twitter. Namun, sebelum ujung jempolku mengetikan nama Laura di mesin pencarian, terbaca-ku sebuah iklan promosi dari Bank Negara Indonesia (BNI) yang isinya mengenai promosi-promosi tiket pesawat dan hotel penginapan di Indonesia. Rasa penasaranku akan iklan ini membuatku sekejap melupakanku akan sosok pentingnya Laura. Jika saja iklan itu tidak berasal dari BNI, mungkin aku tidak akan seantusias ini. Satu klik-an pada alamat link website yang dibagikan lewat iklan promosi tersebut mengarahkanku ke sebuah website yang berisi panduan cara penggunaan jasa gratis yang disediakan oleh BNI ini.
            
           Berikut akan ku ceritakan pengalaman menarikku saat menggunakan jasa gratis ini. Caranya cukup mudah, langkah pertama yang aku lakukan pada waktu itu adalah mengikuti (follow) akun twitter BNI, yakni @BNI46 di twitter. Setelah langkah pertama selesai, maka langkah kedua yang aku lakukan adalah mengirim DM (DM artinya Direct Message. Kegunaanya untuk mengirim pesan pribadi kepada orang-orang yang mengikuti kita di twitter) ke akun twitter @BNI46 dengan pesan yang berisi #AskBNI. Gak pake lama, admin twitter @BNI46 membalas DM-ku dan mengarahkanku untuk langkah selanjutnya. Sesuai dengan petunjuk yang disampaikan oleh @BNI46 lewat DM, aku-pun mengirim kembali DM kepada @BNI46 dengan format DM; #Promo #Travel ke twitter @BNI46. Tidak sempat menunggu lama, twitter @BNI46-pun membalas DM-ku, ia mengirimkan berbagai jenis maskpai yang akan terbang hari ini dengan harga yang memang super-duper promo. Menerima DM itu, akupun segera berlari ke arah mama dan papa untuk memberitahukan kejutan yang luar biasa ini. Spontan saja papa lupa akan diriku yang sudah berusia lima belas tahun ini. Usai membaca pesan dari @BNI46 itu, ia mengangkatku dan menggendongku serta berkata, “Kamu memang anak Papa yang saaaaangat pandai,” aku hanya bisa tersenyum mendengarkan hal itu, sebab jujur saja, aku bukan tipe anak yang suka dipuji. Mama-pun berinisiatif mengambil ahli dalam penanganan pemesanan tiket. Sebab, jika aku yang melakukannya, aku akan sibuk mengisi-bertanya-mengisi-bertanya biodata mama, papa dan diriku sendiri kepada mama untuk mengisi formulir pembelian tiket pesawat itu, kan repot?

            Kulihat mama sudah selesai dengan alamat website tempat pembelian tiket pesawat kami dan kini sudah beranjak ke aplikasi andalannya, yakni aplikasi BNI Mobile Banking. “Pa, pesawat kita akan berangkat jam 11.30. Semua sudah beres, barusan Mama dapat email bahwa semua transaksi sudah berhasil. Total harga tiket berjumlah Rp 2.867.000 untuk kita bertiga, total harga itu sudah mencangkup pajak dan bagasi 20 kg untuk masing-masing penumpang,” seru mama kepada papa tanpa kehilangan setitikpun tingkat kefokusan bola matanya terhadap si Ando. “Syukurlah, kalau begitu, yuk kita check in, ini sudah jam sebelas kurang Ma,” Ajak papa. “Pa mobil kita gak papa di sini aja sampai satu minggu kedepan? Kalau kenapa-kenapa gimana Pa?” Tanyaku khawatir. “Tadi Papa udah telepon Pak Sukirno untuk menjemput mobil ini kok Dit,” jawab papa menghilangkan rasa kekhawatiranku. (Pak Sukirno adalah supir pribadi kami yang selalu siap dan sigap untuk menghantarkan papa ke kantor serta mengantarkanku ke sekolah)

            Waktu sudah menunjukan pukul 11.10, dan kami harus segara memasuki pintu ruang tunggu bernomor empat. Setelah melewati proses pemeriksaan oleh petugas, kami segera bergegas memasuki badan pesawat. “Nomor 46 mana? Nomor 46 mana?” Celotehku kepada semua orang, berharap ada seseorang yang dapat membantuku menemukan kursiku sebelum papa menemukannya. “Mari sini Dik, coba Mba lihat tiket Kamu,” respon seorang pramugari kepadaku, lalu kuberi saja tiket itu kepadanya. “Ini kursinya Dik, Adik dengan siapa kemari?” “Tuh, mama dan papaku, Mba,” tunjukku kepada sepasang belahan hatiku yang sedang berjalan ke arahku. “Oh, baikah, sini Mba bantu naikin ransel Kamu ke dalam kabin, biar Adik bisa lebih nyaman terbangnya,” “Nih mba,” responku membalas kebaikannya, tak lupa juga ku-ucapakan rasa terima kasih-ku atas bantuannya kepadaku. Mama dan papa-pun tiba dihadapanku dibarengi sebuah  komentar yang sudah kuduga sebelumnya. “Kamu ini ya Dit, bikin mama khawatir saja.” komentar wanita lembut itu sembari menggelitiki perutku.
           
            Game offline dengan posisi si Ando yang sedang distel mode pesawat (flight mode) ternyata tidak berhasil membuatku untuk tetap terjaga di tengah keberisikan mesin pesawat. Ku pejamkan kedua mataku hinggaku tertidur tenang di atas lambaian-lambaian awan yang bergemersisik di atas ribuan kaki dari permukaan laut.

#@#@#@#@#

            Suara berisik dari speaker pesawat membangunkan tidur nyenyakku. Suara itu meneriakiku sebuah kabar baik, yakni kabar telah mendaratnya pesawat kami di Bandara Kualanamu Internasional. Wow, bandara ini sangat berbeda dengan bandara-bandara yang ada di Indonesia. Jika Bandara Soekarno-Hatta terkenal dengan nilai estetikanya, dengan corak-corak batik Indonesia, maka berbeda dengan bandara yang satu ini. Bandara Kualanamu lebih memukau dengan hiasan-hiasan yang sangat mewah. Atapnya mirip atap bangunan yang terekenal di Sidney, Australia. Temboknya dihiasi dengan kaca-kaca mewah. Pokoknya, bandara ini menjadi bandara yang paling aku suka deh di Indonesia. Gak sempat berdiam lama, papa segera mengajak kami keluar dari bandara untuk memesan taksi. Maklum  saja, di Kota Medan kami hanya memiliki kakek dan nenek saja, sehingga tidak ada istilah mobil jemputan spesial untuk kami. Perjalanan yang kami tempuh dari Bandara Kualanamu ke Kota Medan cukup menguras tenaga. Akhirnya aku memilih untuk memejamkan mata selama diperjalanan meskipun sesekali mataku melirik kaca jendela untuk merekam hal-hal yang menurutku penting serta memukau untuk dijadikan bahan cerita kepada teman-teman sekelas saat aku masuk sekolah nanti.

#@#@#@#@#
            Mobil-pun berhenti di sebuah rumah yang cukup mewah untuk sepasang kekasih yang sudah berusia di atas enam puluh tahun. Sebuah senyuman manis yang tidak ditemani oleh deretan gigi itupun menyambut kedatangan kami. “Kakekkkkkkk…..Nenekkkkkkkk,” seruku melepas kerinduan. Maklum saja, aku adalah cucu tunggal dari keturunan mereka dan sangat jarang dapat mengunungi mereka. Ku peluk erat tubuh yang sudah tidak gemuk itu dan ku bisik-kan, “Kek, buatin Adit layang-layangan,” Ayah yang mendengar bisikan-ku itupun menyahut, “Kota Medan udah rame Dit, udah gak bisa main layang-layangan lagi,” ujar papa ngeledek. “Masih bisa kok, kan Kakek punya lahan sawah,” balas kakek memberiku limpahan kesenangan. “Kamu ya Farhat, udah jadi orang tua aja-pun masih aja suka usil,” balas nenek membelaku. Sedangkan mama sudah sedari tadi tertawa gelik melihat tingkah kami yang rindu-rinduan ini. “Tin tin tin, Bang… taxinya belum dibayar,” Seru seorang supir taxi itu kepada papa. “Oh iya Bang, maaf, ini ongkosnya, sisanya simpan aja ya Bang. Terima kasih atas pelayanannya,” respon papa dengan ramah. “Sama-sama Bang,” Mobil itupun melaju meninggalkan kami.

#@#@#@#@#

            Hari demi hari kami lalui dengan penuh kebahagiaan. Tak jarang nenek memelukku dengan erat. Seakan-akan membujuk sang pemilik waktu untuk tidak memisahkan kami dari kehangatan ini atau setidaknya memberikan kami waktu yang lebih panjang lagi untuk menyelesaikan gejolak rindu diantara kami. Sebab, reunian hati ini hanya terjadi jika salah satu diantara papa dan mama benar-benar tidak memiliki pekerjaan yang sangat serius dan hal ini hampir tidak mungkin terjadi. “Pa, Ma, kita tinggal di Jakarta aja ya. Masa Papa dan Mama tidak mau tinggal bersama anak dan cucu tunggalmu ini,” bujuk papa kepada sepasang kekasih lanjut usia itu. “Enggak bisa Farhat, kami tidak  bisa meninggalkan rumah ini. Rumah ini memiliki padanan sejarah dengan kami. Makanya, kalau nanti kami sudah tiada lagi, jangan pernah terbesit dipikiranmu untuk menjual rumah ini ya Farhat,” ujar kakek kepada papa. “Kalau Farhat berani menjual rumah ini, gak usah masakin makanan untuk dia ya Rena,” tambah nenek menasihati papa. Aku dan mama hanya bisa tertawa lepas mendengar omelan kakek dan nenek itu kepada putra satu-satunya itu. Kami-pun masuk ke dalam rumah untuk beristirahat untuk menunggu menyingsingnya rembulan dari tempatnya.

#@#@#@#@#

            Dari mainan bambu sampai layang-layang. Dari soto medan buatan nenek sampai ke mie balap buatan kake. Dari bika ambon sampai ke bolu meranti. Dari sirup kurnia sampai ke es campur. Dari Kebun Binatang Medan sampai ke Mesjid Raya Medan. Dari naik becak motor sampai naik kuda di Berastagi. Semuanya kami telusuri, semuanya kami explore. Tidak lupa ku amankan momen menyenangkan itu dengan kamera DSLR 60D milik papaku. Setidaknya foto-foto kenangan kami ini akan membuat teman sebangku-ku, Dian yang lemot itu bisa percaya bahwa aku memang telah menghabiskan liburan akhir  tahunku di kota yang sangaaaat indah, yakni Kota Medan.



            Jam digital mobil telah menunjukan pukul 11.45 malam. Kakek dan nenek terlihat sudah sangat terlelap dengan mimpi-mimpi mereka. Sedangkan papa yang dipercayakan mengemudikan mobil, kini terlihat kebingungan mengarahkan setir mobil. Sepertinya kegelapan malam membuat papa semakin sulit untuk memastikan jalan mana yang akan membawa kami pulang ke rumah kakek dan nenek dengan selamat. Mama yang menyadari keanehan inipun merespon dengan cepat. “Pa, hati-hati loh, Medan ini luas, kalau jalanannya ditebak-tebak buah manggis, bisa-bisa kita tersesat loh Pa,” ucap mama dengan nada panik. “Kayaknya Mama benar deh Ma, kita udah tersesat. Karena dari tadi Papa lihat spanduk toko tertulis bahwa alamat ini berada di Medan Polonia, padahal alamat rumah mama dan papa-kan berada di Medan Selayang,” ujar papa membalas. “Gini aja deh Pa, inikan malam terakhir kita di Medan, Mama rasa mama dan papa mertua juga sudah sangat lelah untuk dibanguni hanya untuk dimintai petunjuk arah jalan. Bagaimanna jika malam ini kita tidur di hotel sekitar sini aja Pa?” “Itu ide bagus Ma, badan Papa udah terasa sakit semua nih, karena dari tadi fokus ke arah jalanan terus,” balas papa dengan nada lelah. “Adit sayang, coba Kamu DM lagi @BNI46 Sayang, siapa tahu ada promo hotel di sekitar jalanan ini, soalnya mama dan papa tidak tahu lokasi-lokasi hotel di sini,” pintah mama kepadaku. “Baik Ma, #AskBNI siap membantu,” jawabku dengan semangat. Gak pake lama, kukeluarkan game favoritku itu dari layar si Ando dan segera membuka aplikasi twitter. Langkah pencarian informasi promo hotel ini hampir sama dengan langkah pencarian informasi promo tiket pesawat, yang membedakannya hanya dari segi format DM-nya saja. Untuk mengetahui tiket pesawat yang sedang promo lewat @BNI46, aku harus mengirimkan DM dengan format, #Promo #Travel ke twitter @BNI46. Sedangkan untuk mendapatkan informasi mengeai hotel yang sedang promo kita harus mengirim DM dengan format, #Promo #Hotel ke twitter @BNI46. Setelah semua proses DM-DM-an  dengan @BNI46 selesai, mama segera mengambil kendali dalam pemilihan kamar  dan segera melakukan pembayaran kamar hotel tersebut melalui BNI ATM Banking

#@#@#@#@#

          Libur sekolah-pun telah usai. Rasa haru, sedih serta rindu menyelimuti hati kami berlima. Tak satupun diantara kami yang berhasil menyembunyikan deraian air mata. Untuk kedua kalinya ayah kembali memeluk erat kedua orang tua yang sudah lanjut usia itu serta berkata, “Ma, Pa, jaga kesehatan kalian baik-baik ya. Kalau Mama dan Papa perlu bantuan, hubungi Farhat aja, Farhat akan segera datang menjenguk,” ujar papa kepada kakek dan nenek. “Farhat, tidak perlu khawatirkan kami. Pekerjaan kami sebagai orang tua sudah selesai, kami sudah bahagia bisa melihat kamu hidup mandiri di Jakarta sana. Jangan khawatirkan kami, jika kami rindu, gaji pensiun papa-mu masih cukup kok untuk memberangkatkan kami terbang ke Jakarta untuk menemui kalian,” balas nenekmenghibur papa. “Tin…tin…yok Bang, kita berangkat, nanti pesawatnya keburu terbang loh,” seru seorang supir taxi memecahkan suasana yang sangat mengaruhkan itu.

             Perpisahan kamipun ditutup dengan dua kecupan manis dikeningku, kecupan pertama datang dari kakek dan kecupan kedua dari nenek. Aku tidak banyak bereaksi pada momen perpisahan yang sangat menyedihkan itu. Hal itu kulakukan smeata-mata hanya untuk menghindariku dari luka-luka yang mungkin akan semakin membesar jika teralu kuresapi. Ku lambaikan kedua tanganku kepada dua sosok yang paling ku kagumi itu dari dalam taxi biru itu. Merasa belum puas dengan lambaian tangan, kuambil air mineral dan menumpahkannya ke atas permukaan jariku. Akupun menuliskan sebuah kalimat terbalik dari kanan ke kiri tepat di cermin taxi yang mengarah ke kakek dan nenek, ‘amdnarG ym dna apdnarG ym ouy evol I,’ sehingga jika indera penglihatan kakek dan nenek belum terlalu rabun, mereka akan membaca kalimat itu dengan tulisan, ‘I love you my Grandpa and my Grandma’. Taxipun melaju normal memastikan bahwa liburan akhir tahun sudah selesai.

THE END*

Ucapan terima kasih:

Adit ingin mengucapkan terima kasih banyak buat @BNI46, atas bantuannya di program #AskBNI sehingga Adit dan keluarga tidak sampai tersesat di jalan atau tidak sampai bobok di pinggiran jalan. “Karena mau bertanya enggak sesat di jalan”. Hehehehe

Adit juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya buat penulis tercinta, Yacob Nainggolan, yang bersedia mengimajinasikan karakter Adit yang baik ini. Wkwkwkwk

Dan terakhir, Adit juga berterima-kasih kepada seluruh teman-teman yang mau membaca dari awal hingga akhir pengalaman Adit bersama #AskBNI ini.


Saran:

Buat teman-teman yang akan berpergian; kemanapun dan dimanapun. Jangan lupa untuk memanfaatkan program #AskBNI ini. Adit jamin, teman-teman tidak bakalan tersesat di jalananan! Jangan lupa share pengalaman Adit ini ke Facebook, Twitter, Instagram atau kemana aja deh, agar semakin banyak orang yang tidak tersesat di jalan. Wkwkwkwkwkwk.

Di akhir kata, Adit beserta Mama, Papa, Kakek, Nenek, Mba Sri, Pak Sukirno, Dian, Laura dan juga si Ando mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat Kita Semua!!!!!!



 
Sumber: http://m.bnizona.com/index.php/events/view/241


Bagi teman-teman yang ingin mengikuti lomba ini, boleh tanya-tanya di kolom komentar juga ya :-) 


Jika di Smarthpone Anda tidak tersedia kolom komentar, silakan ganti tampilan Smarthpone Anda menjadi tampilan dekstop. Caranya cukup mudah, klik "ubah ke tampilan dekstop" pada tulisan di bawah ini ⬇️ Kemudian pilih "add comment" tepat di atas cerita ini. Terima kasih v: 




You Might Also Like

6 komentar

  1. Wow. Ceritanya keren, niat bgt kayaknya ya Gan? Wkwkwkwk. Bdw lomba ini boleh pake wordpress kah Gan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Gan. Lombanya boleh pake wordpress kok Gan. Ditunggu karyanya Gan :-)

      Delete
  2. Replies
    1. Deadline-nya sampai tanggal 5 Februari 2016 Gan. Untuk lebih detailnya lagi, kunjungi web resminya ini Gan, http://m.bnizona.com/index.php/events/view/241

      Delete
  3. Oke deh Gan. Thanks for the information, good luck ya.....

    ReplyDelete
  4. Sepp sepp Agan. Terima kasih telah meninggalkan jejaknya. Jangan lupa pake #askBNI nya ya hehehehe

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan sopan. Kami sengaja mengijinkan Anda yang tidak memiliki akun google untuk berkomentar. Tapi jika Anda memiliki akun google, sebaiknya menggunakannya, agar Anda dapat mengetahui respon balik dari kami. Hormat kami akkangyacob.blogspot.com

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe